Aku bersamamu sejak kecil. Aku tau kamu bukan anak yang biasa-biasa saja ketika kita pertama kali bertemu. Aku melihat kekuatan dan tekad dalam dirimu. Aku melihatmu merasa terasing di dunia yang baru, tertatih memahami segala hal yang sulit di usia kecilmu. Diejek dan di olok, kukira kamu akan menyerah kemudian menangis dan merajuk, tapi aku salah aku melihatmu menyerap semua energi dan pengetahuan baru. Melihatmu tetap berdiri dan berlari kencang dengan kaki-kaki kecilmu mengikuti arah yang telah digariskan. Kamu tangguh aku percaya itu. Berpindah-pindah dan menyesuaikan diri berkali-kali dengan lingkungan baru bukan hal yang sulit lagi bagimu. Dalam sekejap kamu mengumpulkan teman. Kamu mengoleksi orang-orang yang kagum padamu, kagum pada kepribadianmu. Kamu membuat mereka menjadi setia padamu. Membuat tanda, membuat kesan agar orang-orang tidak mudah melupakanmu.
Kamu beranjak remaja. Masih berpindah lagi untuk yang kesekian kalinya. Kamu mulai membuatku gelisah. Tempat yang kamu jalani sekarang bukan seperti tempat masa kecilmu dulu. Aku khawatir akan kehilangan tawamu. Tapi kamu... Sekali lagi membuktikan bahwa aku salah menilaimu. Salah karna telah meremehkanmu. Kamu bertumbuh dengan pesat. Kamu haus sekali hal-hal baru. Seakan-akan kamu ingin mengetahui segalanya tentang dunia ini. Melihatmu menjalani hari-hari dengan selalu gembira dan penuh semangat membuatku senang. Kamu adalah sosok pembuat kenangan. Kadang kutemukan kamu di antara tumpukan buku-buku di perpustakaan. Entah membaca apa. Ketika ku intip ku lihat kamu memegang karya sastra lama. Kadang aku berpikir hei... siapa yang mengenalkanmu sastra? Bukankan selama ini kamu hanya membaca gambar-gambar kartun berkolom? Kapan kamu mulai membaca karya fiksi?? kapan kamu mulai tergila-gila dengan cerita pertualangan? Ah... kamu memang selalu membuatku takjub.
Suatu ketika aku melihatmu jatuh cinta. Hei... bagimu itu adalah saat pertama. Menurutmu itu adalah saat yang paling indah. Dan kemudian itu tidak berjalan sesuai rencanamu. Yah aku melihatmu menangis, sosok yang tangguh akhirnya menangis juga. Aku melihatmu jatuh dan terpuruk. Ah... kamu, ini belum seberapa. Sakit yang kamu rasakan ini bahkan belum apa-apa dibandingkan yang akan kamu rasakan di masa depan. Aku menyuruhmu untuk berhenti dan kembali. Kembali menjadi sosok yang aku kagumi lagi. Dan aku tau tidak akan pernah salah menilaimu, kamu kembali. Kamu kembali dengan semua kekuatan positif. Kamu mulai bisa menerbitkan tawa lagi. Dan kamu punya keahlian baru yang kamu tidak sangka-sangka sebelumnya. Hei... kamu jadi pintar menulis. Walaupun masih banyak yang menganggap tulisanmu kekanak-kanakan tapi kamu bisa menulis. Kamu membuatku bangga. Keterpurukanmu tidak membuat keinginanmu untuk belajar surut. Kamu malah menjadi seseorang yang candu belajar. Melihat matamu yang berbinar-binar jika tiba-tiba sebuah ide menyergapmu benakmu cepat. Aku sering tertawa jika mendengarmu bertanya tentang hal-hal yang konyol.
Tapi hei... kamu menyembunyikan luka. Aku melihat luka dibalik kelopak matamu. Aku tidak menyadari kamu terluka begitu parah. Dan kamu mulai mencari perhatian pada setiap orang. Kamu mulai mempelajari sesuatu agar orang lain menaruh perhatian padamu. Kamu kesepian. Aku tau kamu sangat kesepian dibalik tawamu. Dan dia datang. Masuk kedalam kehidupanmu. Itu adalah saat yang paling berharga sepanjang aku mengamatimu sejak kamu kecil. Seseorang yang menambahkan warna hijau di duniamu yang berwarna biru. Aku belum pernah melihat kamu sebahagia itu saat kamu bersamanya. Kamu berubah menjadi pribadi yang yang lebih baik. Dia mengeluarkan segala potensi yang kamu punya. Dia mengeluarkan versi terbaik dari dalam dirimu. Dan aku kembali terpesona padamu seperti waktu kamu kecil. Diam-diam aku mendoakan agar kamu bisa bersama dia selamanya.
Hari itu datang juga akhirnya... Dia sang warna hijau tiba-tiba memberikan warna yang tidak kamu suka. Ah... aku benci harus melihatmu jatuh lagi. Aku benci melihatmu menulis beratus-ratus halaman tulisan bodoh yang tidak punya arti. Bangun!!! Sadarlah!! Kamu itu tangguh untuk apa kamu putus asa? ini belum apa-apa, ingatlah.
Lalu aku harus melihatmu menjalani berbagai macam tempaan yang menjadikanmu seperti sekarang. Sedih, bahagia, tawa silih berganti dalam hidupmu. Percayalah aku juga kesal hanya bisa duduk dan mengamatimu tanpa bisa berbuat apa-apa. Percayalah segala yang kamu rasakan juga ku rasa.
Kamu... haruslah seperti dulu yang berlari kencang walaupun kamu tidak mengetahui apapun didepanmu. Kamu... haruslah tetap tangguh, tetap kuat dan tetap sabar.
Kamu... haruslah tetap memiliki sifat positif seperti yang sudah-sudah dan tidak membiarkan seseorang-pun mempengaruhi tekadmu.
Kamu... haruslah membuatku tetap terpesona seperti orang lain yang berada disekitarmu. Mencintaimu tanpa alasan.
29 Mei 2017
Disamping Lautan Biru, Waihaong