Jarum jam masih di angka 6.
Aku duduk di teras kamar.
Desau angin pagi masih cukup dingin menggigit kulit, tapi aku menikmatinya.
Desau angin pagi masih cukup dingin menggigit kulit, tapi aku menikmatinya.
Aku jarang menikmati momen ini.
Meskipun aku begitu menyukainya.
Keadaan membuatku tak bisa sering melakukannya.
Meskipun aku begitu menyukainya.
Keadaan membuatku tak bisa sering melakukannya.
Sekarang keadaan sudah berubah aku akan selalu bisa melakukannya.
Beberapa malam yang lalu bulan bersinar begitu indahnya.
Akan lebih indah jika aku bisa melihatnya bersamamu.
Memandangi bulan sampai bosan.
Memandangi Sunrise dan Sunset yang indah.
Akan lebih indah jika aku bisa melihatnya bersamamu.
Memandangi bulan sampai bosan.
Memandangi Sunrise dan Sunset yang indah.
Aku mengingat semua kejadian yang telah terjadi setahun belakangan ini.
Betapa aku sudah berusaha. Tapi hasil yang ku dapat jauh dari kata baik.
Betapa kenyataan itu memukulku kuat hingga untuk berdiri tegak saja perlu banyak usaha.
Perlu beberapa waktu untuk menyadari bahwa apa yang telah ku genggam telah terlepas.
Bahwa aku telah gagal.
Bahwa aku telah gagal.
Iya, aku telah berjanji akan menjalani dan menikmati kehidupan sebaik-baiknya disini.
Awalnya mudah, tapi waktu berlalu dan kekosongan itu hadir.
Aku menyadari bahwa aku berpura-pura tegar.
Berpura-pura bahwa ini akan baik-baik saja.
Berpura-pura bahwa aku kuat.
Dan ternyata tidak.
Aku tidak sedang baik-baik saja.
Berpura-pura bahwa ini akan baik-baik saja.
Berpura-pura bahwa aku kuat.
Dan ternyata tidak.
Aku tidak sedang baik-baik saja.
Karena betapa mengingatmu saja terasa salah.
Betapa terlalu hancurnya aku hingga berkeping-keping.
Betapa terlalu banyak waktu yang ku habiskan hanya untuk menyalahkan diriku sendiri atas kehilanganmu.
Betapa terlalu hancurnya aku hingga berkeping-keping.
Betapa terlalu banyak waktu yang ku habiskan hanya untuk menyalahkan diriku sendiri atas kehilanganmu.
Dan beberapa waktu lalu kamu yang lain tiba-tiba hadir.
Memberikan secercah harapan lagi .
Dan aku terlalu lugu dan berpura-pura positif, aku berpegang pada harapan tipis itu.
Dan aku terlalu lugu dan berpura-pura positif, aku berpegang pada harapan tipis itu.
Tetapi lagi-lagi harapan tipis itu putus.
Dan aku harus kembali patah.
Aku berpikir entah harus berapa kali lagi terluka.
Aku membayangkan aku sekarang aku ingin berada di pantai.
Mencari ketenangan dengan mendengarkan deburan ombak.
Merasakan butiran pasir menyentuh lembut kakiku.
Atau sekedar melihat bulan, membiarkan semua kenangan terputar dalam benak.
Memilih antara melupakan atau mengenang?
Mencari ketenangan dengan mendengarkan deburan ombak.
Merasakan butiran pasir menyentuh lembut kakiku.
Atau sekedar melihat bulan, membiarkan semua kenangan terputar dalam benak.
Memilih antara melupakan atau mengenang?