Bakat dan Minat

by - November 06, 2017


Tulisan ini semata-mata hanyalah pendapat saya belaka tanpa disertai kebenaran. Ini hanyalah sebuah opini atas pengalaman dan pendidikan yang sudah saya terima selama ini.

Saya dibesarkan dengan didikan yang keras. Dikeluarga kami pendidikan adalah hal yang utama. Kami tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler diluar kegiatan belajar di dalam kelas.  Saya pernah mengikuti kegiatan pramuka di Sekolah Dasar. Tetapi segera disuruh untuk berhenti dikarenakan ada beberapa nilai saya pada mata pelajaran tertentu yang turun pada semester itu. Sehingga saya menghabiskan waktu hingga kelas 6 SD dengan hanya belajar pelajaran didalam kelas, tidak pernah sekalipun saya mengikuti kegiatan seperti pramuka, olahraga, kesenian dll. Saya hanya berusaha mempertahankan rangking 10 besar di kelas dengan mengikuti banyak les. Seperti les matematika, les bahasa inggris dan les IPA. Kadang ketika saya sedang belajar di dalam kelas dan melihat teman-teman melakukan kegiatan pramuka saya merasa iri. Karena pada dasarnya saya adalah anak yang aktif dan senang melakukan kegiatan di luar kelas. Saya benci terkurung di dalam kelas dan belajar pelajaran yang saya tidak saya sukai.

Ketika memasuki masa SMP dan SMA saya baru memiliki kegiatan diluar kelas. Saya memilih ekstrakuriler basket, voli, elektronika, bahasa inggris dan mengikuti paduan suara. Saya juga bergabung sebagai anggota aktif perpustakaan universitas dan perpustakaan komik di kota saya. Pada momentum itulah saya merasa bebas. Saya merasa menjalani hidup dengan sepenuhnya tanpa ada paksaan dari siapapun. Pada saat itulah saya baru menyadari saya mampu melakukan hal-hal yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Saya membaca berbagai jenis buku novel dan komik. Saya juga mulai membuat kliping tentang berbagai jenis informasi dan pengetahuan yang saya dapat dari koran dan majalah. Saya mulai membaca novel sastra lama. Saya mulai membaca buku-buku dari Khalil Gibran dan Paulo Coelho. Meskipun waktu itu saya tidak mengerti artinya saya merasa saya telah mencoba memahaminya. Menurut saya masa-masa itu adalah masa-masa dimana saya bisa lebih banyak berekspresi.

Setelah selesai sekolah saya malah mengalami banyak kemunduran soal berekpresi sesuai hal yang saya suka. Saya seperti tiba-tiba dibenturkan realita hidup. Dan bahwa hidup ini tidak bisa sesuka saya. Hidup ini ada aturan mainnya. Yang tidak ikut yah siap-siap digilas. Ini sangat bertolak belakang dengan sifat saya yang cenderung suka melawan arus. Saya dipaksa mengambil jurusan kuliah yang tidak saya suka. Dengan alasan jurusan saya adalah jurusan yang mempunyai banyak lapangan kerja di masa depan. Saya mengalah meski di dalam hati saya tidak suka. Saya mengalah karena banyak yang menaruh harapan mereka pada saya. Saya merasa saya bisa melakukan banyak hal, saya bisa mengeluarkan segala potensi yang saya miliki alih-alih terkurung dengan pekerjaan membosankan yang saya lakukan setiap hari.

Seseorang berkata kepada saya bahwa saya tidak bersyukur atas segala karunia yang telah diberikan kepada saya sekarang. Soal bersyukur saya bersyukur itu pasti. Saya hanya menyesal mengapa saya lemah dan tidak punya pendirian. Mengapa saya tidak kukuh mempertahankan apa yang saya percayai? mengapa saya tidak tetap pada jalur yang telah saya buat sebelumnya, yaitu bekerja pada bidang yang saya sukai.

Poin pada tulisan yang bertele-tele ini adalah tentang bakat dan minat. Menurut hemat saya jika seorang anak dibesarkan dengan didukung penuh apa yang menjadi bakat dan minatnya saya yakin anak tersebut akan merasa bebas, akan menjalani hidupnya tanpa terkekang dengan harapan orang tua. Dan yang paling penting akan memiliki pekerjaan sesuai dengan bakat dan minatnya. Saya yakin anak itu akan bersinar jika ditempatkan sesuai dengan apa yang dia mau, seperti kutipan sebuah quote "Right Man on the Right Job"   alih-alih didoktrin dengan sebuah artikel pada kolom majalah "10 Pekerjaan Idaman Mertua". Memangnya kalau kita tidak memiliki satu diantara 10 pekerjaan itu kita jadi bukan idaman mertua gitu?? kita tidak bisa sukses ?? kita tidak bisa kaya ?? Ah, masyarakat jaman sekarang sudah terlalu banyak membaca omong kosong yang mempengaruhi keobjektivitas.

Seperti pekerjaan bidang fotografi yang dulu sangat disepelekan, setiap orang tua yang mempunyai anak dan memiliki bakat pada bidang fotografi seolah-olah tidak diperhatikan alasannya adalah karena menjadi fotografer bukan pekerjaan yang menjanjikan, bukan pekerjaan yang memiliki nilai prestisius seperti dokter misalnya. Sehingga anak-anak dituntut untuk belajar, kuliah dan memiliki pekerjaan yang menurut orang tua "terbaik". Tetapi lihatlah sekarang, pekerjaan dalam bidang fotografi malah sangat prestisius. Lapangan pekerjaan dalam bidang kreatif hampir semua membutuhkan skill fotografi.

Sekali lagi tulisan ini hanyalah sekedar opini saya, apa yang saya rasakan sehari-hari, apa yang saya amati dan hanya pengalaman saya semata. Saya bukanlah orang tua, belum jadi orang tua tepatnya belum juga memiliki anak. Saya hanya menuliskan apa yang saya resahkan. Sekaligus sebagai pengingat saya agar lebih bijak dimasa depan dan tidak memaksakan kehendak saya kepada anak-anak. Saya percaya bahwa anak-anak  memiliki segala kemampuan, bakat dan minatnya sendiri. Dia akan lebih bersinar sesuai apa yang dia inginkan.

Sekian dari saya. See you on the next post ^__^

















You May Also Like

0 comments