Aku Terkena TB Kelenjar : Long Story

by - September 03, 2018

So aku akan cerita awal aku terkena penyakit ini dan seperti apa kabarku sekarang. Dan ini bakal jadi cerita yang panjang guys jadi monggo kalo mau beli keripik, popcorn atau martabak untuk nemenin kalian baca postingan ini.

Oke dimulai dari bulan januari tahun 2018 tiba-tiba aku memiliki benjolan dileher. Benjolannya memiliki konsistensi yang mobile dan lunak, ketika di tekan tidak menimbulkan rasa sakit. Pertama ku biarkan saja sekitar 2 mingguan aku mulai terganggu keberadaannya semakin membesar jadi aku putuskan untuk ke dokter ahli penyakit dalam. Kata dokter aku baik-baik saja benjolan itu hanya infeksi pada kelenjar getah bening yang bisa disebabkan oleh virus, bakteri atau kuman. Aku diberikan obat *sorry aku lupa namanya. Setelah meminum obat seminggu kemudian benjolannya mengecil dan dalam waktu 2 minggu pun hilang. 

Ternyata cerita belum selesai. Di akhir bulan juli 2018 bertepatan dengan bulan ramadhan, tiba-tiba muncul lagi benjolan di tempat yang berbeda dari yang pertama. Tepatnya di leher sebelah kanan di dekat tulang belikat. Sama seperti yang pertama benjolannya juga memiliki konsistensi lunak dan mobile serta ketika ditekan tidak menimbulkan rasa sakit. Seminggu kemudian benjolan membesar dengan cepat sekitar 2cm akhirnya aku putuskan untuk segera ke dokter ahli penyakit dalam. Kali ini aku diperiksa lebih lengkap dan lama. Pertama dokter memeriksa fungsi jantung dengan Elektrokardiogram  (EKG) karena aku mengatakan memiliki keluhan nyeri dada. Hasilnya baik. Berarti nyeri yang aku keluhkan tidak ada masalah dengan jantung. Lanjut aku di anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dokter menanyakan apakah berat badanku turun drastis? apakah aku berkeringat banyak di malam hari? apakah aku mengalami kerontokan? Apakah aku mengalami penurunan nafsu makan? Apakah aku batuk-batuk lama? Aku menjawab iya untuk 3 pertanyaan itu kecuali aku tidak berkeringat banyak malam hari dan tidak batuk-batuk.

Selanjutnya dokter memeriksa benjolan di sekitar leherku, di ketiak dan paha. Aku di tes suhu tubuh dan hasilnya 38 derajat. Memang malam itu aku agak hangat. Selanjutnya dokter mendiagnosis aku Suspect Tuberculosis (TB) Kelenjar. Berita ini membuatku shock karena setauku aku tidak batuk-batuk dan bagaimana bisa tiba-tiba aku terkena TB? aku memang mengalami penurunan berat badan hingga sekitar 10kg dari berat awal 54Kg. Di bulan Juni 2018 beratku sisa 44Kg. Tapi aku mengira karena aku aktif dalam berolahraga lari selama 2 tahun ini. Oke jadi dokter memintaku untuk melakukan rontgen thorax/dada dan pemeriksaan darah lengkap secepatnya. Biaya Rotgen Thorax adalah sebesar Rp. 150.000,- di klinik swasta.

Besoknya aku segera penuhi semua pemeriksaan itu dan kembali lagi ke dokter ahli penyakit dalam.
Setelah memeriksa hasil rotgenku dan darah maka dokter segera membuatkan surat rujukan ke dokter ahli paru untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dan karena saat itu bertepatan dengan libur hari raya idul fitri dan semua praktek dokter tutup maka aku hanya diberikan obat anti nyeri serta penurun panas sambil menunggu selesai libur lebaran.

Selama itu aku berpikir darimana bisa tertular kuman TB. Kuman TB menular melalui udara. Ketika penderita batuk atau bersin. Tebakanku dari angkutan umum dimana aku setiap hari ke kantor naik angkot. Dimana angkot sesak, banyak orang dan pengap sehingga sangat memungkinkan aku menghirup udara yang terkontaminasi kuman TB. Tapi tebakanku yang paling kuat adalah kami mempunyai seorang kakak yang pada tahun 2013 menderita TB paru dan sudah mengalami efusi pleura. Efusi Pleura adalah penumpukan cairan di paru-paru yang disebabkan oleh kuman TB. Kakakku sampai harus dioperasi untuk mengeluarkan cairan tersebut dari paru-paru. Ketika sakit kami serumah dengannya. Jadi tebakanku mungkin aku aku tertular dari dia. Setelah kuman TB masuk ke paru-paruku dia berkembang biak karena menurut dokter aku memiliki daya tahan tubuh yang bagus ditambah lagi aku berolahraga maka kuman tadi menyerah dan "tidur" (fase dormant). Kemudian disaat daya tahan tubuhku lemah dia menyerang lagi dan kali ini dia tidak menyerang di bagian paru-paru tetapi di kelenjar getah bening. Itulah yang menyebabkan aku mengalami penurunan berat badan, karena semua nutrisi makanan yang aku makan tidak semua terserap oleh tubuh melainkan dipakai menjadi energi untuk melawan kuman TB.

Oke setelah libur lebaran aku mulai berjibaku dengan antrian panjang di dokter ahli paru. Setelah melihat hasil rotgen thorax dan pemeriksaan darah serta untuk penegakan diagnosis TB Kelenjar maka aku dibuatkan rujukan lagi untuk pemeriksaan dahak pagi dan malam serta FNAB ( Fine Needle Aspirasy Biopsy ). FNAB adalah aspirasi jarum halus atau pemeriksaan langsung pada benjolan menggunakan jarum kecil, mulai ukuran 23 sampai dengan 27 tergantung pada ukuran, lokasi serta sifat benjolan. Dokter meresepkan obat pembuat dahak karena sejujurnya aku tidak berdahak sama sekali. Dan usahaku mengeluarkan dahak pagi dan malam menjadi usaha yang berat hehe... *coba dengan meminum air gula atau air teh yang sangat manis, lumayan dapat menghasilkan sedikit dahak

Setelah tertampung dahakku yang sedikit itu maka aku kemudian membawanya ke balai pengobatan paru. Disitu ada laboratorium pemeriksaan dahak dengan memakai BPJS. Keesokan harinya hasil pun didapat malamnya aku ke dokter patologi klinik untuk melakukan FNAB. Proses FNAB tidak memakan waktu lama aku disuruh memilih untuk tidur atau duduk. Aku memilih duduk dan aku diminta untuk jangan menelan dikarenakan benjolan ( lesi ) dileherku konsistensinya mobile maka agak sulit untuk dipegang. Ada seorang suster yang membantu untuk menekan leherku sementara dokter menyuntikkan jarum kecil, rasanya sama sekali tidak sakit. Cairan yang diambil itu kemudian diperiksa menggunakan miskroskop. Hasilnya bisa langsung diambil setelah 2 jam. Biayanya adalah sebesar Rp. 500.000,-.Keesokan harinya aku berkunjung lagi ke dokter ahli paru dengan membawa hasil pemeriksaan dahak dan hasil FNAB. Setelah melihat hasil akupun segera didiagnosis pasti menderita TB Extraparu (Kelenjar). Dokter membuat surat rujukan ke puskesmas untuk memulai program OAT (Obat Anti Tuberkulosis). 

Karena terkendala pekerjaan maka aku baru ke puskesmas 3 hari kemudian. Dan langsung dibuatkan program minum OAT. Jadi program ini akan berjalan sekitar 6 bulan dan bisa lebih tergantung hasil pengobatan. Aku diberikan obat kombinasi dari isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, dan ethambutol  dan disesuaikan dengan berat badan. Karena berat badanku 44kg maka aku harus meminum 3 tablet langsung setiap hari sebelum makan malam pada jam yang sama selama 2 bulan. Efek samping yang aku alami setelah meminum OAT ini adalah aku mual dan selalu ingin muntah pada 3 minggu pertama. Karena aku ke kantor setiap hari naik angkot maka mual dan ingin muntah di dalam angkot jadi temanku setiap hari. Kemudian aku jadi kurang nafsu makan, tetapi harus dipaksa makan karena aku meminum obat yang banyak.

OAT yang harus diminum selama 2 bulan pertama
Mual dan muntah hanya kurasakan sekitar 3 minggu pertama ketika mulai mengkonsumsi OAT. Selanjutnya sampai bulan kedua mual dan muntahnya sudah jauh berkurang. Setelah selesai 2 bulan pertama maka OAT yang diberikan dikurangi dosisnya. Obatnya berwarna kuning lebih kecil dan diminum hanya seminggu 3x. Ini penampakannya.

OAT yang harus diminum selama 4 bulan selanjutnya
Sekarang di bulan september ini adalah bulan ke 3 aku mengkonsumsi OAT. Kabarku baik alhamdulillah. Benjolan di leher sudah tidak teraba. Tapi aku masih harus melanjutkan minum obat sampai bulan ke 6 dan tidak boleh terputus karena akan membuat kumannya resisten terhadap OAT. Nafsu makan mulai membaik. Berat badanku naik signifikan sekarang sampai di angka 46kg dari 44kg. Pipi tetap nyempluk tidak berubah hehe... Doakan semoga pengobatanku berjalan lancar sampai bulan terakhir.

Oke pada part ini aku ingin memberikan beberapa informasi dan saran sesuai dengan pengalamanku saat terkena penyakit ini, disimak ya :
1. TB bukan hanya TB paru TB ada banyak jenisnya tergantung dimana tempat kuman TB itu menyerang seperti di kelenjar getah bening yang dinamakan TB Kelenjar, di tulang yang dinamakan TB tulang atau bisa juga di Otak yang dinamakan Meningitis dll.
2. Dari 100% penderita TB, 80% adalah penderita TB paru yang di tandai dengan batuk-batuk selama 100 hari dan sebanyak 20% adalah penderita TB extraparu yang gejalanya berbeda jauh dari batuk-batuk tergantung dimana letak kuman TBnya.
3. Untuk kasus TB Kelenjar periksalah secepatnya jika menemukan gejal-gejala benjolan yang tiba-tiba ada di permukaan kulit leher, ketiak dan paha. Jangan tunggu hingga benjolan menjadi besar dan merah. Karena semakin cepat diperiksakan ke dokter semakin cepat mendapat penanganan dan semakin besar peluang untuk sembuh.  
4. Buatlah alarm untuk pengingat minum obat. Minta bantuan Pengawas Minum Obat untuk membantu mengingatkan minum obat. Jika alarm sudah berbunyi segeralah minum jangan ditunda karena akan menyebabkan malas dan akhirnya bisa lupa.
5. Jika lupa sehari minum obat harus tetap minum keesokan harinya jangan sampai putus
6. Mual dan Muntah bisa dikurangi dengan makan buah. Jangan biarkan perut kosong.
7. Minum susu, banyak makan buah dan tambahan vitamin. Jangan minum vitamin dengan merek *Imboost. Vitamin itu kontradiksi terhadap penyakit TB dan autoimun.
8. Disiplin dalam minum obat dan menjaga kebersihan. Waspada terhadap orang yang batuk dan bersin sembarangan. Usahakan selalu memakai masker jika berda di tempat keramaian umum.

Selesai sampai disini dulu post yang kepanjangan ini, semoga bermanfaat. ^_______^























You May Also Like

0 comments